Bastille Day: Dari Penjara Revolusi Bermula
- historyagent
- Jul 13, 2020
- 3 min read
Oleh: Dion

Tanggal 14 Juli setiap tahunnya di Prancis diperingati sebagai Bastille Day atau Hari Nasional Prancis. Hal itu terjadi ketika Prancis memulai titik awal perubahan fundamental dalam sistem pemerintahannya untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik.
Peristiwa itu dikenal sebagai penyerbuan penjara Bastille yang masih satu peristiwa besar dalam revolusi Prancis.
Kesewenang-wenangan dan Keuangan
Peristiwa ini menurut penulis berawal dari paham absolutisme yang berkembang di Eropa salah Prancis terinspirasi dari pemikir asal Florence, Italia Niccolo Machievelli (1469-1527). Ajaranya mendukung kekuasan raja secara mutlak dan tidak dibatasi oleh undang-undang yang ditulis dalam bukunya berjudul II Principe atau The Prince.
Buku yang dalam terjemahan berarti Sang Pangeran yang menggambarkan tentang kekuasaan seorang raja yang tak terbatas ternegara terhadap suatu negara dimana raja berkuasa.
Menurut Wahjudi Djaja dalam buku Sejarah Eropa Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern (2012) Prancis mengalami puncak absolutisme pada masa pemerintahan Ancient Regime yang mendominasi jalanya roda pemerintahan. Struktur masyarakat pada masa tersebut dibagai menjadi beberapa kelompok.

Diantaranya yaitu yaitu golongan 1 paling atas yang terdiri dari bangsawan dan para petinggi kerajaan, golongan 2 di tengahnya yang terdiri dari agamawan dan golongan 3 yang terdiri dari rakyat biasa seperti petani.
Prancis sebelum revolusi dikatakan sebagai negara yang relatif miskin karena pengeluaran kas negara yang begitu banyak untuk keperluan tentara Prancis yang saat itu membantu tentara Kontinental Amerika Serikat George Washington dalam Revolusi Amerika (1775-1783).
Selain itu gaya hidup Louis XVI raja Prancis saat itu dan permaisurinya Marie Antoinette seperti pesta-pesta dan membeli barang-barang mewah semakin membuat kas negara semakin terkuras hingga kosong.

Sementara pajak yang selama ini jadi sumber kas tidak cukup menutupi kekosongantersebut karena saat tu lebih sering dipungut dari para petani yang rata-rata miskin, dibanding dari segelintir bangsawan yang justru lebih kaya hartanya. Sehingga sekitar 1780-1787 Prancis meminjam uang tiga kali lebih besar daripada tiga abad sebelumnya.
Selama pemerintahan Louis XIV, para menteri termasuk Anne Robert Jacques Turgo (pengawas keuangan umum), Charles Alexandre de Calonne dan Jacques Necker (direktur jenderal keuangan) mengusulkan sistem perpajakan Perancis yang lebih seragam, namun usaha ini gagal.
Oleh karena itu Louis XVI berupaya untuk memungut pajak dari semua golongan masyarakat hingga menimbulkan perdebatan di dalam Etats Generaux semacam parlemen yang dibentuk Louis XVI untuk mendengar suara para golongan yang ada di Prancis terkait kebijakan kerajaan termasuk mengatasi masalah keuangan tersebut.
Masalah Suara Berujung Penyerbuan Penjara
Dari kondisi diatas, muncul berbagai dinamika dalam negeri Prancis. Salah satunya ialah dinamika di Etat Generaux yang di dalamnya terdapat wakil-wakil dari tiga golongan di Prancis seperti bangsawan, rohaniwan, dan rakyat biasa.
Perwakilan rakyat biasa menuntut adanya pengambilan suara secara bersama-sama untuk membuat keputusan atau respon terhadap kebijakan Louis XVI, karena saat itu pengambilan suara dilakukan secara terpisah. Selain itu mereka juga menuntut setiap golongan mendapat jumlah suara yang sama untuk mengajukan wakil di Etat Generaux.

Ketika tuntutan ini tengah diproses, Louis XVI memutuskan untuk menutup ruang sidang di Istana Versailles. Para perwakilan rakyat biasa akhirnya nekat berkumpul di sebuah lapangan tenis dekat dalam gedung tersebut dan mengambil sumpah di sana.
Sumpah yang disebut sebagai Serment du Jeu de Paume atau Sumpah Lapangan Tenis tersebut menyatakan bahwa mereka tetap pada tuntutan apapun yang terjadi. Bahkan mereka mendapat dukungan dengan bergabungnya beberapa perwakilan bangsawan dan agamawan yang lalu membentuk Assemble Nationale atau Majelis Nasional.
Akibat sikap tersebut, Louis XVI mulai membuka kembali ruang sidang tetapi di sekitarnya ditempatkan 200.000 tentara Prancis udengan dalih menjaga ketertiban. Gabungan perwakilan tersebut merespon tindakan tersebut dengan membentuk barisan bersenjata mereka sendiri yang disebut Garde Nationale atau Garda Nasional.
Ujungya Louis XVI mulai memecat beberapa penasihatnya salah satunya Jaques Necker yang dianggap kurang becus menangani situasi dan berencana untuk membubarkan Assemble Nationale. Hal ini mengundang amarah para anggotanya dan pecahnya perlawanan rakyat biasa di ibukota Prancis, Paris.
Tepatnya pada 14 Juli 1789 rakyat biasa di Paris bersama Garde Nationale berbondong-bondong melakukan penyerangan ke Penjara Bastille yang mana dianggap sebagai simbol absolutisme Louis XVI karena banyak para penentang maupun pengeritik kerajaaan Prancis dikurung di sana.

Selain itu juga siebabkan karena adanya kabar bahwa Louis XVI telah mengepung Paris dengan tentara dari segala penjuru untuk menggagalkan revolusi. Akhirnya rakyat biasa di Paris bersama Garde Nationale berhasil menduduki Bastille lalu membebaskan Tahanan Penjara dan merebut persenjataan di dalamnya.
Dari persitiwa tersebut gelora perlawanan lalu menyebar ke berbagai daerah Prancis dan akhirnya semakin membara di Paris. Puncaknya kekuasaan absolut Louis XVI semakin hilang, sementara kekuasaan Assemble Nationale semakin meningkat, dengan kata lain absolutisme yang selama ini hidup di Prancis hilang seketika saat itu.
Setelah itu Prancis memasuki masa baru untuk menyusun pemerintahan yang sekiranya dapat lebih baik dari sebelumnya, meskipun jalan yang dilalui penuh dengan konflik baiak dengan negara-negara Eropa sekitar maupun beberapa pihak di dalam negeri yang tidak setuju dengan revolusi.
Comments