top of page
historyagent

Boedi Oetomo: Antara yang Pertama dan Utama

Updated: May 11, 2020

Oleh: Hafid Rofi Pradana

Wujud Gedung Stovia sekitar 1920-an. Tempat ini menjadi saksi lahirnya Budi Oetomo (Sumber: Troppen Museum)

Hari ini tepat 112 tahun silam berdiri sebuah organisasi perhimpunan kebangsaan modern pertama di Indonesia, yakni Boedi Oetomo. Boedi Oetomo lahir atas prakarsa para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bumiputera Hindia Belanda.


Nama Boedi Oetomo sendiri diusulkan pertama kali oleh Mas Soeradji, salah satu teman Soetomo yang turut menemui Wahidin Soedirohusodo pada tahun 1907 di Yogyakarta menurut Abdurrachman Surjohamihardjo dalam buku Budi Utomo Cabang Betawi (1980).


H.M. Nasruddin Anshoriy dan dr. Djunaidi Tjakrawerdaya dalam buku Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan Nasional (2008) mengatakan bahwa pada tanggal 20 Mei 1908 ditetapkan sebagai hari lahirnya organisasi modern pertama di Indonesia.


Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa Boedi Oetomo menjadi cikal bakal tumbuhnya nasionalisme bangsa Indonesia. Dalam Pasal 2 Anggaran Dasar Boedi Oetomo menjelaskan bahwa berdirinya organisasi tersebut adalah untuk menggalang kerjasama, kesejahteraan bagi masyarakat, serta kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan.


Dalam perkembangannya, organisasi Boedi Oetomo pernah mendapatkan pertentangan dari beberapa guru STOVIA karena ditakutkan akan mendatangkan masalah (melawan pemerintah kolonial Belanda). Namun kenyataanya hal tersebut tidak terjadi.


Tak lama ketika Boedi Oetomo lahir, salah satu tokoh politik bernama Mr. C. Th. Van Deventer turut memberikan komentarnya dalam majalah Gidds yang berbunyi “Het wonder is geschied, insulinde, de schoone staapeter, is ontwaakt” yang artinya kurang lebih “Suatu keajaiban telah terjadi, putri cantik yang tidur itu telah bangkit”.


Kata “onwaakt” yang artinya “bangkit” kemungkinan menjadi cikal bakal mengapa Hari berdirinya Boedi Oetomo diperingati Hari Kebangkitan Nasional (Manuel Kaisiepo dalam tulisan yang berjudul Dari Kebangkitan Jawa ke Kebangkitan Nasional).


Awal Mula Dijadikan Hari Nasional


Senada tapi berbeda dengan Manuel Kaisiepo, menurut sejarawan Rushdy Husein cikal bakal hari berdirinya Boedi Oetomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional sudah dimulai sejak tahun 1948.


Saat itu Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat atas inisiatif Soekarno mengusulkan agar pada tanggal 20 Mei 1948 Indonesia memperingati peristiwa Boedi Oetomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional ke-40.

Ki Hadjar Dewantara bersama Soekarno dan Fatmawati (Sumber: Sindonews.com)

Lebih lanjut lagi Soekarno kemudian menugaskan Mr. Asaat (Ketua KNIP) untuk mengadakan pertemuan dengan berbagai perwakilan golongan dan partai. Hasilnya tersusun panitia pusat yang dipimpin Ki Hadjar Dewantara dengan anggota; Tjugito (tokoh PKI/FDR), A.M. Sangadji (Masyumi), Sabilal Rasjad (PNI), Ny. A. Hilal (Kongres Wanita Indonesia), Tatang Mahmud (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) dan H. Benyamin (Gerakan Pemuda Islam Indonesia).


Perayaan Hari Kebangkitan Nasional berhasil diselenggarakn dan menghasilkan “Dokumen Kesatuan Nasional” yang ditandatangani partai-partai politik, serikat buruh dan tani, organisasi pemuda, dan golongan masyarakat seperti organisasi keagamaan, kebudayaan, pendidikan, perekonomian dan sebagainya.


Pro-Kontra Hari Kebangkitan Nasional

Sosok Taufik Abdullah. Sejarawan yang kontra dengan perayaan hari pendirian Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Sumber: Tempo)

Penetapan hari Kebangkitan Nasional yang sudah dipatenkan selama puluhan tahun tersebut mulai dikaji kembali. Sejarawan Taufik Abdullah mengatakan, bahwa Hari Kebangkitan Nasional adalah sebuah peristiwa yang sengaja dilebih-lebihkan.


Boedi Oetomo yang tak lebih dari sekedar organisasi himpunan kesukuan Jawa - yang kemudian berubah menjadi organisasi konservatif khusus priyayi - hanya berfokus pada aspek sosial dan kebudayaan.


Bisa dibilang Boedi Oetomo tidak mencerminkan cita-cita menuju Indonesia merdeka secara nyata. Jika dibandingkan dengan Sarekat Islam yang memperjuangkan nasib rakyat pribumi menengah kebawah, maka Boedi Oetomo hanya memperjuangkan golongan tertentu.

Namun Rushdy Husein memiliki pendapat lain. Walaupun Boedi Oetomo tidak menyiratkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, namun dari Boedi Oetomo-lah melahirkan berbagai organisasi pergerakan Indonesia dari berbagai ideologi dan tujuan demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.



61 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page