top of page
historyagent

Kurikulum 1975 dan Tersingkirnya Sejarah

Oleh: Fakhri

Potret siswa SMA sekitar 1970-an (Sumber: Alumni SMAN 3 Warungmiri Solo)

Dengan mempelajari sejarah, kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk memperbaiki kehidupan sekarang dan masa depan.


Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah, selain untuk memberi pengetahuan kesejarahan pengalaman manusia pada masa lampau juga mengajarkan kepada peserta didik akan jati dirinya sebagai warga masyarakat dan bangsa Indonesia.


Rupanya peran strategis sejarah sebagai sarana penanaman pembentukan jati diri bangsa sempat mengendur pada masa orde baru, tepatnya pada kurikulum 1975. Dalam kurikulum 1975, posisi sejarah sebagai suatu pelajaran yang mandiri tersingkir akibat integrasi sejarah ke dalam IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).


Seputar Kurikulum 1975

Buku Sejarah yang tergabung dalam IPS Kurikulum 1975 (Sumber: Bukalapak)

Seperti yang kita ketahui, pada masa itu, terjadi perubahan fundamental pada organisasi mata pelajaran (singkatannya mapel). Untuk pertama kalinya, kurikulum Indonesia menerapkan pendekatan integrated dalam organisasi mata pelajaran, yakni dengan menggabungkan beberapa pelajaran ke dalam satu rumpun pelajaran.


Pendekatan ini dikenakan pada hampir semua mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum termasuk IPS (Sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi), IPA (Fisika, kimia, biologi), matematika, dan bahasa.


Tujuan mengelompokkan mata pelajaran dalam kurikulum 1975 adalah untuk menyederhanakan disiplin yang banyak dan perampingan pelajaran. Dampaknya, porsi mata pelajaran berubah dan harus dibagi-bagi dengan disiplin ilmu lainnya.


Sehingga banyak banyak peserta didik yang menganggap remeh mapel tersebut. Misalkan saja pada Kurikulum 1975 dari SD - SMA terutama kelas IPA tidak ada mapel sejarah, yang ada hanya IPS. Akibatnya, pemahaman sejarah jadi berkurang tulis Umasih dalam tesisnya, Sejarah Pendidikan Indonesia: Sebuah Telaah Atas Perubahan Kurikulum Sejarah Indonesia Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 1975-1994 (2000).


Sekilas mengenai kurikulum 1975 dan lahirnya IPS. Sebelum pengesahan kurikulum 1975, para pengembang kurikulum pergi ke Amerika Serikat untuk studi banding. Setelah mengamati pendidikan di AS, mereka membawa pulang oleh-oleh berupa penerapan Social Studies di Indonesia dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial.


Mereka melihat bahwa Social Studies di AS mampu membentuk karakter siswa terhadap rasa cinta terhadap negaranya. Tetapi, setelah diterapkan di Indonesia hal tersebut tidak berjalan dengan baik.


Problem dan Solusinya

Buku Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Sumber: Tokopedia)

Alasannya karena sejarah sebagai salah satu cara untuk meningkatkan rasa cinta tersebut gagal akibat proporsi jam yang kurang sehingga mengakibatkan rendahnya minat belajar siswa.


Dalam prakteknya, mapel sejarah di SMA terdiri dari sejarah nasional yang digabungkan dengan sejarah dunia. Ia menempati posisi sebagai mata pelajaran inti, artinya semua siswa SMA pada semester pertama harus mempelajari sejarah dengan materi sejarah nasional dan sejarah dunia.


Pada semester 2, 3, dan 4, posisis mapel sejarah menjadi khusus untuk mata pelajaran IPS dan jurusan bahasa pada semester 4, 5, dan 6. kemudian digagas pula mapel baru yakni Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).


Ruang lingkup dan materi pengajaran sejarah Indonesia dalam Kurikulum 1975, dikritik oleh Presiden Soeharto karena tidak dapat menanamkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.


Beliau menggagas perlunya menjadikan pendidikan sejarah di sekolah sebagai alat untuk mewariskan semangat dan nilai-nilai perjuangan bangsa yang tumbuh dan berkembang selama masa Perang Kemerdekaan 1945-1949, tulis Abdul Syukur dalam disertasinya berjudul Pengajaran Sejarah Indonesia Kurikulum 1964-2004: Sebuah Stabilitas yang Dinamis. 

11 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page