Oleh: Dion
Kehidupan Awal
Marie Thomas lahir di Likopang, Minahasa, Sulawesi Utara pada 17 Februari 1896 dari pasangan Adriaan Thomas dan Nicolina Maramis. Namun karena ayahnya seorang tentara ia jadi seringkali bepindah-pindah kota.
Sekitar tahun 1911 Marie tamat dari Europese Lakgere School (ELS) yang merupakan sekolah khusus untuk anak-anak Eropa dan Bumiputera beragama Kristen di Manado.
Menempuh Pendidikan di STOVA dan Karir Sebagai Dokter Perempuan
Menurut Bambang Suwondo dalam bukunya berjudul Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Utara (1978), Marie Thomas memperoleh beasiswa dari Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen, yaitu sebuah yayasan yang didirikan oleh Charlotte Jacobs.
Yayasan tersebut membantu pendidikan perempuan bumiputera yang ingin melanjutkan sekolah di bidang kedokteran di School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Batavia sekitar tahun 1912. Marie merupakan siswa perempuan satu-satunya diantara 180 laki-laki di sekolah kedokteran tersebut.
Setelah tamat dari STOVIA sekitar tahun 1922, Marie langsung bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) di Batavia yang merupakan rumah sakit terbesar pada masa itu (Sekarang Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta atau RSCM).
Menggeluti Kebidanan
Selama berkarir sebagai dokter ia mendapat pencapaian yang diterimannya yaitu sepesialiasinya dibidang ginekologi dan kebidanan. Marie juga menjadi dokter pertama yang mengontrol kelahiran bayi melalui IUD (interaurine device).
Tidak hanya di Batavia saja Marie ditugaskan tapi juga di daerah-daerah lain seperti Cirebon, Bukittinggi dan Manado karena pada masa itu masyarakat di berbagai daerah masih banyak yang memilih dukun ketimbang dokter atau bidan dalam masalah kesehatan dan melahirkan.
Pada 16 Maret 1929 Marie menikah dengan Muhammad Yusuf yang merupakan teman sekelasnya di STOVIA. Setelah menikah mereka hijrah ke Padang, Sumatera Barat yang merupakan kampung halaman suaminya.
Sekitar tahun 1950 Marie mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi, Sumatera Barat yang merupakan sekolah kebidanan pertama di Sumatera.
Marie pun dikenal sebagai dokter perempuan pertama atas kiprahnya mendirikan sekolah kebidanan dan menjadi pelopor dokter peremuan pertama di Indonesia yang menginsipirasi dokter-dokter perempuan lainnya.
Pengabdiannya di bidang kesehatan harus berakhir pada tanggal 10 Oktober 1966 Marie Thomas meninggal dunia saat menginjak usia 70 tahun karena mengalami pendarahan otak secara tiba-tiba. Hingga akhir hayatnya ia tetap mendedikasikan dirinya dalam dunia kedokteran dan kebidanan.
Comments