top of page

Kedaulatan Ekonomi Majapahit

  • historyagent
  • Jul 2, 2020
  • 3 min read

Oleh: Azil

Potret patung Hayam Wuruk di Mojokerto. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya (Sumber: Radar Mojokerto)

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.


Selain berkat ekspansi armada militer (darat dan laut) pimpinan Mahapatih Gajah Mada yang kuat serta tangguh, juga berkat sistem perekonomian yang justru jadi penopang utama eksistensi serta kejayaan Majapahit


Komoditas Utama Majapahit


Wilayah pusat Majapahit pada waktu itu berada di Jawa Timur yang merupakan daerah dataran rendah yang cukup luas, ditambah aliran-aliran air sungai dan tanah vulkanik yang relatif subur subur untuk ditanami.


Bahan makanan yang dihasilkan pertanian di Majapahit umumnya tidak jauh berbeda pada masa sekarang ini bahan makanan tersebut adalah beras, umbi-umbian, cabe, labu, kacang-kacangan, rempah-rempah, buah-buahan, dan jenis palem.


Di antara semua itu yang menjadi produksi utama adalah beras. Beras telah dimanfaatkan sebagai bahan pokok masyarakat Jawa Kuno. Bahkan saat itu jumlah penghasilan beras merupakan penentu kemajuan perekonomian Majapahit.


Masyarakat petani Majapahit telah mengenal jenis-jenis pertanian kering dan basah. Pertanian kering dilakukan di tanah tegalan, di ladang, dan di kebun. Sedangkan pertanian basah adalah pertanian diakukan di sawah.

Potret padi gogo yang pada masa Majapahit jadi komoditas utama perdagangan (Sumber: Republika)

Menurut Subroto dalam tulisan berjudul Sektor Pertanian sebagai Penyangga Kehidupan Perekonomian Majapahit (1993), berdasarkan prasasti Watukura I (902 M) memuat keterangan mengenai jenis tanaman padi gogo yang ditanam.


Jenis pertanian basah merupakan andalan bagi perekonomian Majapahit. Bukti-bukti dari prasasti dan karya sastra menunjukan keterlibatan dan campur tangan pemerintah dalam sektor ini terutama terkait dengan sektor penunjang untuk fasilitas-fasilitas pengairan.


Usaha-usaha yang dilakukan oleh penguasa dapat dilihat dari pembuatan kanal-kanal, tanggul sungai, pembuatan waduk, dam, dan lain-lain. Tujuan dari pembuatan failitas tersebut selain untuk mengatasi banjr juga merupakan upaya untuk irigasi pertanian.


Selain beras, komoditi makanan lain yang juga banyak diperjualbelikan adalah buah-buahan. Berdasarkan relief yang terdapat di Candi Penataran, buah-buahan yang diperjualbelikan di antaranya seperti nanas, pisang, papaya, kelapa, dan tebu.


Kemudian garam, komoditi yang dihasilkan dengan mengeringkan air laut ini menjadi penting bagi masyarakat Majapahit di pedalaman. Dalam prasasti Biluluk (1366 M) disebutkan adanya hak yang diberikan pada masyarakat wilayah Biluluk untuk membuat garam.


Komoditas Andalan lainnya


Selain pertanian, Majpahit juga dibantu oleh sektor lain seperti peternakan dan kerajinan tangan. Untuk peternakan saat itu yang lazim diperdagangkan adalah kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam.


Menurut Ikhsan Rosyid dalam artikel jurnal berjudul Sistem Perekonomian Kerajaan Majapahit (2015), dalam prasasti-prasasti peninggalan Majapahit dimuat tentang ketentuan pajak yang dikenakan bagi para penjual ternak di daerah yang ditetapkan sebagai sima.

Sedangkan untuk kerajinan tangan saat itu merupakan aspek penting lain dalam menggerakan ekonomi masyarakat setempat. Berbagai kebutuhan baik untuk konsumsi keseharian seperti yang diperdagangkan meliputi hasil kerajinan periuk dari tembaga, keranjang dari daun kelapa, payung, barang anyam-anyaman, tembikar, dan kapur.

Contoh hasil kerajinan tembikar Majapahit dalam bentuk kowi (Sumber: Inspirasi Majapahit)

Menurut Subroto dan Slamet Pinardi dalam Sektor Industri pada Masa Majapahit (1993) Para pengrajin atau penggarap industri bekerja untuk memenuhi kebutuhan raja dan untuk upacara keagamaan.


Oleh karena itu disebutkan mereka tinggal di dalam atau pusat kekuasaan juga di luar keraton. Berbagai kebutuhan pernak pernik raja dan bangsawan dihasilkan dari kerajinan seperti batik, penjahit, pande logam, senjata, dan lain-lain.


Menurut Subroto pula para pengrajin juga punya sebutan yang berbeda seperti penghasil kapur (manghapu), pembuat payung bulat (magawai payun wlu), penghasil kajang (makajang), penghasil keranjang dari daun palem (magawai kisi), anyam-anyaman (manganamanam), penghasil periuk tembaga (amndyun), penghasil perekat atau lem (manlakha), penghasil jerat burung (makala manuk).


Selain itu juga disebutkan dalam prasasti Medhawapura, beberapa jenis pekerjaan kerajinan yaitu abhasana sebagai penghasil pakaian, acaraki menghasilkan jamu, tundan menghasilkan perahu, lurungan menghasilkan minyak jarak, kletik menghasilkan minyak kelapa, acadar menghasilkan cadar, dan amaranggi menghasilkan pewarna pakaian.


Dari Maluku sampai Luar Negeri


Antony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (2011) pada pertengahan abad keempat belas, Maluku dianggap sebagai wilayah Majapahit. Maluku pada era ini sangat penting dalam jaringan perniagaan karena sebagai penghasil rempah-rempah yang dibutuhkan masyarakat internasional.


Skema dari perdagangan ini ialah Beras dibawa armada kerajaan ke Maluku untuk diperdagangkan atau ditukar dengan rempah-rempah. Selanjutnya rempah-rempah diperdagangkan dengan pedagang lain terutama dari Cina dan India.

Ilustrasi rempah-rempah (Sumber: Lemonilo)

Dari perdagangan tersebut Majapahit mendapatkan kain sutera, keramik, dan benda-benda logam tertentu serta langka. Sehingga menurut Daud Aris Tanurjo dalam Pertanian Majapahit sebagai Puncak Evolusi Budaya (1993) mendorong para pejabat kerajaan memacu peningkatan hasil beras yang ditanam oleh para petani.


Selain rempah-rempah dari Maluku, secara umum, ledakan permintaan akan hasil bumi di Asia Tenggara telah mendorong kemakmuran Majapahit pada abad ketiga belas, yang kebetulan Majapahit sedang berkuasa pada periode tersebut.


Maka menurut Reid dari sinilah kemudian muncul kota-kota di pesisir Jawa sebagai basis kekuatan ekonomi maritim kerajaan Majapahit seperti Demak, Jepara, Tuban, Gresik, dan Surabaya.




 
 
 

Comments


  • Facebook - White Circle
  • Instagram - White Circle

© 2020 by History Agent Indonesia Member of Idea Publika Group

bottom of page