top of page

Ketika Mandi Aja Jadi Objek Wisata

  • historyagent
  • Jul 18, 2020
  • 2 min read

Oleh: Fakhri

Para Interniran Eropa yang tengah mandi di Kamp Interniran Eropa Kampung Makassar, Batavia (Sekarang Jakarta) sekitar 1945 (Sumber: Tropenmuseum)

Keseharian di daerah tropis tentu berbeda dengan keseharian di daerah subtropic atau beriklim dingin lainnya. Panas matahari yang menyengat seharian dapat mengucurkan keringat dari tubuh manusia di setiap musimnya. Dari sini, terbentuk kebiasaan masyarakat di daerah tropis, termasuk Hindia-Belanda, yakni mandi.


Mandi dan Keanehan Orang Eropa Melakukannya


Bagi masyarakat Eropa kebiasaan mandi ini adalah sesuatu yang aneh karena mereka tidak terbiasa melakukan itu di negeri asalnya. Bagi mereka, mandi dapat menyiksa tubuh karena dapat membuat badannya menjadi lebih dingin.


Perbedaan inilah yang membuat orang Eropa ketika berkunjung ke Hindia-Belanda mengalami pengalaman yang berbeda. Ketika berkunjung ke Hindia-Belanda dengan suhu tropis yang sangat panas menurut mereka, mandi menjadi suatu keharusan.

Seorang perempuan Eropa parubaya hendak mandi sekitar 1940 (Sumber: 1940)

Orang Eropa bermukim ke Hindia-Belanda mau tidak mau melakukan kebiasaan orang lokal Hindia Belanda tersebut. Menurut Achmad Sunjayadi dalam Dinamika Pariwisata di Hindia-Belanda 1891-1942 (2019), kebiasaan ini banyak dicatat oleh para penulis catatan perjalanan baik dari abad ke-19 maupun dari abad ke-10.


Menurut Sunjayadi kebiasaan mandi dilakukan oleh orang Eropa atau ketika mereka selesai beraktivitas di luar rumah. Awalnya karena tidak terbiasa, mereka kerap menjadikan bak mandi sebagai bak berendam sehingga air menjadi kotor.


Dari Pembiasan jadi Tawaran Untuk Wisatawan


Sebab itu, para pengunjung asing (orang Eropa) diperkenalkan dan diajarkan kebiasaan mandi yang mengadopsi kebiasaan masyarakat setempat, yaitu dengan mengguyurkan air dari dalam ember atau bak menggunakan gayung ke kepala.


Kegiatan mandi ini kemudian menjadi salah satu daya tarik dan fasilitas yang diberikan sebuah hotel di Batavia seekitar 1861, tepatnya Hotel de l’Univers yang terletak di seberang Hotel des Indes di kawasan Molenvliet, Batavia (Sekarang Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta).

Kawasan Molenvliet Batavia sekitar tahun 1925. Di sini berdiri Hotel de l'Univers yang menjadikan mandi sebagai objek wisata andalannya (Sumber: Tropenmuseum)

Menurut iklan yang dipasang, hotel yang dibuka dan dimiliki oleh seorang penguasaha bernama ini Victor Thornerieux memiliki fasilitas untuk para wisatawan yang menginap berupa kolam mandi berisi air sungai.


Tambah Sunjayadi, usai menikmati rijstaffel atau santap siang para tamu disarankan untuk siesta atau beristirahat selama beberapa jam di kamar masing-masing atau duduk di kursi malas di serambi hotel tersebut.


Para pengunjung disarankan tidak keluar hotel dan menghindari sinar matahari. Pada pukul 4 sore setelah beristirahat mereka menikmati teh yang telah disiapkan oleh para jongos. Setelah itu mereka diminta untuk menyegarkan diri dengan mandi.


 
 
 

Comments


  • Facebook - White Circle
  • Instagram - White Circle

© 2020 by History Agent Indonesia Member of Idea Publika Group

bottom of page