top of page
historyagent

Pendidikan Gaya Barat Pada Masa Kolonial

Updated: May 11, 2020

Oleh: Fakhri

Murid dan guru HIS di Blitar tengah berfoto bersama sekitar 1936 (Sumber: Tropenmuseum)

Setelah diberlakukannya Politik Etis atau politik balas budi pada tahun 1901, di Hindia-Belanda sudah mulai berdiri beberapa sekolah sebagai wujud nyata dari program Politik Etis.


Sekolah-sekolah dengan pendiidikan gaya barat tersebut diharapkan mampu melakukan pencerahan terhadap pribumi. Nasution dalam Sejarah Pendidikan Indonesia (1983) memaparkan beberapa sekolah pada periode Etis.


1. ELS (Europese Lagere School)

Potret sebuah ELS di Bandung sekitar 1930-an (Sumber: Tropenmuseum)

ELS atau Europese Lagere School merupakan sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa atau timur asing. Tetapi, sekolah ini tidak menutup pintu masuk untuk anak pribumi.


Di sekolah ini, anak pribumi tetap bisa bersekolah tetapi dengan syarat anak tersebut ialah anak dari bangsawan atau tokoh terkemuka. Lama pendidikan pada sekolah ini adalah 7 tahun, setelah itu mereka lanjut sekolah di HBS (Hogere Burgerschool)


2. HCS (Hollandsche Chineesche School)

Potret sebuah HSC di Makassar sekitar tahun 1910 (Sumber: Pinterest/Diana Dien)

Sekolah ini diperuntukan untuk anak-anak keturunan Timur asing khususnya keturunan Tionghoa dengan menempuh 7 tahun pendidikan.


3. HIS (Holland Inlandse School)

Potret guru dan siswa-siswi HIS di Sumenep, Madura sekitar tahun 1934 (Sumber: Tropenmuseum)

Dengan pakaian jawa atau pakaian tradisional, mereka duduk diam mengamati gurunya yang berasal kalangan Belanda. Mereka ialah anak-anak pribumi yang bersekolah di HIS, sekolah khusus untuk pribumi, dengan masa studi 7 tahun.


4. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs)

Potret sebuah MULO di Cikole, Sukabumi sekitar 1930 (Sumber: Pinterest/Oud Indie

Sekolah lanjutan menengah ini diperuntukkan untuk anak-anak pribumi dan Timur asing yang ingin melanjutkan pendidikan dari HIS dengan masa studi 3 tahun


5. HBS (Hogere Burgerschool)

Potret sebuah HBS di Bandung sekitar 1932 (Sumber: Tropenmuseum)

Bagi golongan Eropa atau anak pribumi dari kalangan bangsawan, mereka memiliki dua pilihan setelah lulus ELS. Bekerja di perkebunan atau pemerintahan Belanda atau melanjutkan pendidikan di HBS dengan masa studi 3 tahun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.


Sekolah lanjutan menengah ini diperuntukkan untuk mereka dari golongan Eropa atau anak pribumi dari kalangan bangsawan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.


6. AMS (Algemene Middelbare School)

Potret guru dan murid sebuah AMS di Yogyakarta sekitar 1920-an (Sumber: Tropenmuseum)

Jika anak keturunan Belanda atau anak pribumi dari golongan bangsawan hanya bersekolah pada dua jenjang pendidikan, yaitu ELS dan HBS. Maka hal itu tidak berlaku untuk kalangan pribumi.


Mereka harus menempuh satu jenjang pendidikan lagi, yaitu AMS sebagai akhir dari pendidikannya dari jenjang sekolah rendah hingga lanjutan menengah dengan masa studi 3 tahun.


AMS memiliki dua afdeling (bagian) yang dapat dipilih sesuai dengan kemauan para murid, antara lain afdeling A (sains dan teknologi) dan afdeling B (budaya dan humaniora).

106 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page