top of page

Mengingat Pernah Eksisnya Bahasa Petjoek

  • historyagent
  • Mar 22, 2020
  • 2 min read

Updated: May 11, 2020

Oleh: Fakhri

Potret sebuah keluarga Indo (Ras Campuran), mereka menjadi golongan penduduk di Hindia Belanda yang menjadikan Bahasa Petjoek sebagai bahasa sehari-hari

Kedatangan Belanda pada awalnya untuk berdagang. Kemudian lambat laun meluas ke ranah politis, yaitu dengan mendirikan pemerintahan dan menguras kekayaan demi keuntungan yang besar. Lantas, bagaimana Belanda berinteraksi dengan pribumi dalam perbedaan bahasa antara keduanya?


Menurut Djoko Soekiman dalam buku Kebudayaan Indis, Ekspansi kolonialisme dan imperialisme Eropa mengakibatkan bangsa Eropa dan penduduk asli pribumi memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi.


Para penduduk setempat tidak memahami bahasa para pendatang, tetapi mereka memiliki keinginan untuk mengerti.Kemudian, bangsa Eropa, menyederhanakan tata bahasa dan kosakata mereka supaya dapat dengan mudah berkomunikasi dengan penduduk asli.


Sebaliknya, penduduk asli juga berusaha mempermudah bahasanya agar bangsa Eropa dapat memahami mereka.Hasilnya, kedua belahpihak dapat berkomunikasi meski masih terbatas. Lama-kelamaan, muncul suatu bahasa campuran yang disebut bahasa pijin.


Orang Indo, penutur Bahasa Petjoek

Anak-anak permpuan golongan ras Indo sekitar 1930-an (Sumber: Tropenmuseum)

Kata “pijin” artinya “perdagangan” lalu disebut kemudian sebagai Bahasa Petjoek. Kehadiran Belanda dilanjutkan dengan percampuran darah & budaya, memunculkan sekelompok masyarakat berdarah campuran dan menggunakan bahasa ini sebagai media komunikasi.


Bahasa ini digunakan oleh orang-orang keturunan Belanda dengan Ibu Jawa, oleh Cina keturunan, dan timur asing. Anak-anak pribumi dan anak-anak dari golongan terpandang turut memakai bahasa ini. Akan tetapi, mereka dilarang menggunakannya di rumah karena dianggap tidak sopan.


Bahasa petjoek dianggap bahasa hina karena dipengaruhi oleh bahasa bangsa kulit berwarna, yaitu org yang dianggap rendah di dalam kehidupan masyarakat Hindia-Belanda. Di dalam percampuran bahasa ini, bahasa yang mempunyai prestise sosial lebih tinggi akan menjadi penyumbang yang dominan.


Menurut buku Saling Silang Indonesia-Eropa karya Joss Wibisono, dalam lingkup keluarga, Bahasa Petjoek muncul karena kebiasaan Ibu Jawa yang bertingkah laku orang Jawa dan Ayah Belanda yang sering menggunakan bahasa Belanda dan mengucapkannya dengan logat Jawa. Dari sinilah, Bahasa Petjoek berkembang ke anak-anak mereka.


Bahasa Petjoek dapat berkembang menjadi bahasa gaul pada saat itu karena semakin banyak dan berkembang masyarakat Pribumi serta anak-anak Indo-Eropa yang menggunakan bahasa petjoek untuk berkomunikasi.


Bahasa Petjoek merupakan bahasa santai sehingga membuat pergaulan menjadi lebih nyaman. Ditambah karena pada awal penjajahan, Belanda tidak mewajibkan masyarakat pribumi menggunakan bahasa Belanda sehingga bahasa percampuran sangat mudah berkembang.

 
 
 

Comments


  • Facebook - White Circle
  • Instagram - White Circle

© 2020 by History Agent Indonesia Member of Idea Publika Group

bottom of page