Seputar Hogere Burgerschool (HBS) di Hindia Belanda
- historyagent
- May 17, 2020
- 2 min read
Oleh: Azil

Hogere Burgerschool (HBS) adalah sekolah elit tingkat lanjutan yang ada pada masa Kolonial Belanda. HBS adalah sekolah lanjutan dari tingkat sekolah dasar pada masa itu, seperti Europeesche Lagere School (ELS) dan Hollandsche Inlandsche School (HIS).
Perlu diketahui, HBS justru tidak dibentuk pada periode ketika Politik Etis dijalankan. Sekolah ini pertama kali didirikan d Batavia pada 1860 dengan nama Gymnasium Willem III.
Menurut Wasty Soemanto dalam bukunya Landasan Historis Pendidikan Indonesia (1983), sekitar tahun 1875-1877 sekolah tersebut didirikan masing-masing di Surabaya dan Semarang. Dalam perkembangannya, “Gymnasium” berganti nama menjadi Hogere Burger School dan masuk dalam program Politik Etis dalam bidang Edukasi.
HBS dalam Sistem pendidikan Hindia Belanda

Tingkatan HBS adalah sekolah tingkat menengah dengan durasi belajar 5 tahun. Lulusan HBS akan memiliki ijazah yang setara dengan Algemene Midlebare School (AMS) atau sekolah menengah atas pada masa itu.
Dapat dikatakan HBS adalah suatu sekolah menengah yang didalamnya menggabungkan pendidikan tingkat menengah pertama/SMP dan menengah atas/SMA dengan durasi belajar yang lebih singkat, 5 tahun.
Alur pendidikannya seperti ini :
· ELS/HIS/HCS (Sekolah Dasar) -> HBS (Sekolah Menengah)
· ELS/HIS/HCS (Sekolah Dasar) -> MULO (Sekolah Menegah Pertama) -> AMS (sekolah Menengah Atas
Jadi pada masa itu pelajar yang lulus dari sekolah tingkat dasar dapat memilih untuk masuk ke HBS dengan masa studi pendidikan menengah 5 tahun, atau memilih masuk MULO yang setelah lulus kemudian melanjutkan pendidikan ke AMS dengan masing-masing durasi belajar 3 tahun (total 6 tahun).
Ir.Soekarno, H. Agus Salim, Mohammad Husni Thamrin, hingga Ernest Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) merupakan contoh dari sekian para tokoh Indonesia yang sempat mengenyam pendidikan di HBS.
Realita Berat HBS

Menurut G. H Von Faber dalam tulisannya berjudul Oud Soerabaia: De Geschidenis van Indie's Eerste Koopstad van de Oudste Tijden tot de Instelling de Gementeraad (1906), bersekolah di HBS merupakan hal yang sangat ekslusif.
Tidak semua kalangan bisa masuk di sekolah tersebut, baik itu karena biaya yang mahal, status sosial yang dihormati, maupun kemampuan berpikir/akademis. BahkanTerdapat tes masuk yang sangat sulit karena HBS di Hindia Belanda menyamakan standar kurikulum HBS di Belanda langsung.
Kemudian dalam praktik belajarnya, kebanyakan murid merasa berat memenuhi standar kelulusan mata pelajaran bahasa Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Sebagian lainnya kesulitan untuk bisa lulus pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam.
Penerapan standar tinggi ini memang harus diterima agar HBS Jawa dapat disetarakan dengan HBS di Belanda, meskipun ujungnya fenomena drop out dari sekolah ini jadi hal yang lumrah.
Menurut Sudiharto dalam bukunya yang berjudul Perjalanan Panjang Anak Bumi (2007), jumlah murid yang dapat bertahan hingga kelas empat HBS saja hanya 50%, sementara yang berhasil lulus ujian akhir dan memperoleh ijazah HBS hanya 25%, dan sisanya drop out.
Коментарі